Minggu, 03 November 2013

Bagan Siapi Api, The City of Light


Kelenteng In Hok Kiong di Pusat Kota Bagansiapiapi


Menempuh kurang lebih 6-7 jam dari kota pekanbaru, travel L300 telah memasuki kota Bagansiapiapi. Jalan yang tidak begitu lebar namun rapih dan bersih menyambutku. Bangunan pemerintahan yang unik dengan beberapa kubah seperti di masjid mendominasi pemandangan awal memasuki kota Bagansiapiapi. Pusat kotanya sendiri juga tidak terlalu ramai dengan bangunan-bangunan bertingkat yang banyak digunakan untuk menghasilkan air liur walet.


Bagansiapiapi pasti tidak terdengar asing bagi mayoritas masyarakat Indonesia, hal ini karena nama kota tersebut masuk dalam kurikulum pendidikan kita. Jujur saja ketika mendengarnya lagi, aku tidak ingat kenapa kota itu masuk dalam pelajaran sekolah dulu.hehe begitu masuk dalam travel menuju Bagan (red: Bagansiapiapi) dari Pekanbaru, Provinsi Riau kusempatkan bertanya kepada simbah gugel untuk mencari tahu apa alasannya. Baru kuketahui kalau Bagansiapi menjadi begitu pantas masuk dalam pelajaran IPS karena waktu itu kota ini merupakan kota penghasil ikan terbesar kedua di dunia. Iya di dunia! bukan di Indonesia, kota ini berada di urutan kedua setelah salah satu kota di Norwegia. Bagaimana bisa? Itu menjadi pertanyaanku ketika itu. Mengapa bukan kota besar dengan pelabuhannya seperti Jakarta dengan Sunda kelapa, Semarang dengan Tanjung emasnya atau Surabaya dengan Tanjung peraknya?. Pada tahun 1928, Surat kabar De Indische Mercuur menulis bahwa Bagansiapiapi adalah kota penghasil ikan terbesar kedua di dunia setelah kota Bergen di Norwegia sehingga waktu itu kota ini dijuluki kota ikan. Dengan berkembangnya perikanan pada waktu itu, bahkan pada tahun 1934, Bagansiapiapi telah memiliki fasilitas pengolahan air minum, pembangkit tenaga listrik dan unit pemadam kebakaran. Karena kemajuan yang dicapai kota ini dibandingkan daerah-daerah lain di afdeeling Bengkalis (waktu itu Bagan masih masuk dalam Kabupaten Bengkalis, saat ini merupakan bagian Kabupaten Rokan Hilir). Bagansiapiapi waktu itu juga mendapat julukan Ville Lumiere (Kota Cahaya) karena dibanding kota-kota terdekat lainnya kota bagansiapiapi terlihat terang benderang karena kemajuannya. 


Suasana Kota Bagansiapiapi


Menelisik nama kota cahaya memang pantas disandang oleh Bagansiapiapi dari asal namanya. Alkisah diceritakan asal mula nama kota erat kaitannya dengan cerita awal kedatangan orang Tionghoa ke kota itu. Disebutkan bahwa orang Tionghoa yang pertama sekali datang ke Bagansiapiapi berasal dari daerah Songkhla di Thailand. Mereka sebenarnya adalah perantau-perantau Tionghoa yang berasal dari Distrik Tong'an (Tang Ua) di Xiamen, wilayah Provinsi Fujian, Tiongkok Selatan. Konflik yang terjadi antara orang-orang Tionghoa dengan penduduk Songkhla, Thailand kelak menjadi penyebab terdamparnya mereka di Bagansiapiapi.Pelarian tersebut dilakukan dengan menggunakan tiga perahu kayu (tongkang). entah bagaimana ceritanya pada akhirnya hanya satu tongkang yang selamat, Itu adalah tongkang yang dipimpin oleh Ang Mie Kui bersama 17 orang penumpang lainnya. Tongkang yang selamat ini kebetulan membawa serta patung Dewa Tai Sun Ong Ya yang diletakkan di bagian haluan dan patung Dewa Kie Ong Ya yang ditempatkan dalam magun/rumah tongkang. Menurut keyakinan mereka, patung-patung ini akan memberi keselamatan selama pelayaran itu. Petunjuk akhirnya diberikan oleh sang Dewa, setelah mereka melihat cahaya api yang berkerlap-kerlip sebagai tanda adanya daratan. Cahaya itu ternyata berasal dari kunang-kunang (si api-api) yang bertebaran di antara hutan bakau yang tumbuh subur di tepi pantai. Di daerah tidak bertuan inilah mereka mendarat dan membangun tempat pemukiman baru yang kemudian dikenal dengan nama Bagansiapiapi. Adapun kata bagan sendiri mengandung makna sebagai tempat, daerah, atau alat penangkap ikan. Versi lain mengenai asal usul nama Bagansiapiapi adalah kata Bagan yang berasal dari nama alat atau tempat menangkap ikan (yakni bagan, bagang, atau jermal), sementara api berasal dari nama pohon api-api yang banyak tumbuh di daerah pantai. Hingga saat ini wilayah pesisir Bagansiapiapi masih diselimuti oleh vegetasi tersebut karena memang dilindungi kelestariannya. 


Salah satu atraksi yang terkenal di kota ini adalah Go Cap Lak atau ritual bakar tongkang yang pada tahun ini dilaksanakan pada bulan Juni. Sayang sekali tidak datang pada saat itu. Walau disisi lain jika datang pada acara tersebut maka akan kesulitan memperoleh penginapan karena perhelatan tersebut dikunjungi oleh ribuan wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Atraksi ini juga merupakan pariwisata andalan bagi pemerintah daerah. Tujuan dari Ritual Bakar Tongkang ini sendiri untuk mengenang para leluhur orang Tionghoa dalam menemukan Bagansiapiapi dan sebagai wujud syukur kepada Dewa Kie Ong Ya. 

Industri Galangan Kapal, Serpihan Kejayaan Masa Lalu


Cerita Bagansiapiapi sebagai kota penghasil ikan nomor dua di dunia saat ini hanya tinggal kenangan. Dari tutur nelayan setempat, produksi ikan Bagansiapiapi saat ini jauh dari masa itu. semakin lama pendapatan ikan semakin berkurang. salah satu penyebabnya adalah tingginya sedimentasi pada sungai-sungai yang mengalir kelaut sehingga baik sungai maupun laut sekitar Bagansiapiapi menjadi berwarna coklat keruh. hal ini tidak terlepas dari pembukaan lahan secara besar-besaran di bagian hulu sungai untuk alih lahan menjadi perkebunan. Walaupun begitu sampai saat ini Kota Bagan masih sebagai kota penghasil kapal-kapal kayu yang kemudian akan berlayar di pelosok nusantara.

Artikel Menarik Terkait Lokasi :

http://id.wikipedia.org/wiki/Bagansiapiapi
http://travel.detik.com/read/2013/05/24/104500/2253995/1025/bakar-perahu-tongkang-tradisi-unik-di-bagan-siapi-api
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2013/08/15/10-tahun-kedepan-bagan-siapi-api-akan-menjadi-kota-mati-581410.html
http://www.riaupos.co/11253-berita-batu-6,-kawasan-wisata-baru-kota-bagansiapi-api.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar